The Organizer Post Two

Membangun Kader Perjuangan, Mengkonsolidasi Para Komandan
Riwayat Singkat KH. Wahab Hasbullah Jombang

Fase III : Membangun Kader Perjuangan
Saat Gus Wahab kembali ke jawa, kolonialisme seperti rajalela, menusuk hingga sudut-sudut pedesaan tanah jawa, menghisap segenap potensi sumberdaya masyarakat, menjerumuskan umat Islam pada penderitaan yang lama. Disamping itu, keilmuan dan amalan ulama pesantren mulai tergerogoti. Banyaknya kritik tajam (yang kadang kering dalil) dari kelompok-kelompok Islam Modernis, Hal itu memompa Gus Wahab untuk segera bertindak.

Segera setelah beberapa waktu tinggal di Jombang, tahun 1916 Gus Wahab menuju kota Surabaya, disana beliau mendirikan Madrasah Nahdlotul Wathon, yang berarti Kebangkitan Tanah Air. Madrasah itu saat pertama didirikan berada di lingkungan Masjid Agung Sunan Ampel (?). Kiranya ada maksud yang terselubung di balik pendirian madrasah ini, dari nama nya kita bisa menangkap cita-cita besar yang tersembunyi dari Gus Wahab. Sebuah anggitan pendidikan yang tidak sekedar tempat untuk menimba keilmuan islam semata, tetapi menempa semangat untuk mewujudkan kemandirian bertanah air, terbebas dari kolonialisme. melalui tumbuhnya pejuang-pejuang umat yang lahir dari Madrasah Nahdlatul Wathon.

Di Madrasah Nahdlotul Wathon Gus Wahab mempersiapkan Ulama muda untuk mempertahankan dan membentengi Khazanah keilmuan Ulama Ahlussunah wal Jama’ah khususnya didalam bermadzhab, sekaligus membangun kader-kader pejuangan Islam Nusantara. Dari sisni tampaklah bahwa Gus Wahab telah membangun pertahanan yang sakti guna menolak serangan kaum modernis. Para peserta kursus tersebut akan menjadi juru bicara tangguh dalam menghadapi kelompok pembaru, sehingga dalam perkembangan berikutnya, ketika menyala api perdebatan seputar masalah 'khilafiyah' di beberapa daerah, situasi itu cukup dihadapi ulama-ulama muda produk kursusan Madrasah Nahdlotul Wathon. Mereka, para ulama muda tersebut nantinya menjadi cikal-bakal lahirnya gerakan Pemuda Anshor sebagaimana yang kita kenal saat ini.


Fase IV : Konsolidasi Para Komandan
Entah sengaja atau tidak, aktifitas di Madrasah Nahdlatul Wathan menjadi media pertemuan yang bersifat regular antara para ulama di tanah jawa. Dialog-dialog yang terjalin meskipun tidak selamanya selaras tetap mampu melahirkan pemikiran baru yang berlanjut pada aksi-aksi nyata dari sebagaian besar peserta. Di wilayah masing-masing. Kursus Masail Diniyah yang di gagas oleh Gus Wahab telah mendekatkan emosi dan pemikiran para pengajar yang nota bene nya ulama2 kondang dari ujung barat sampai ujung timur. Mereka adalah K.H. Abdullah Ubaid, KH. Bisyri Syansuri dari Jombang, KH. Abdul Halim Leuwimunding dari Cirebon, KH. Mas Alwi Abdul Aziz dan KH. Ridlwan Abdullah keduanya dari Surabaya, K.H. Maksum dan K.H. Chalil keduanya dari Lasem, Rembang.

Berbarengan dengan itu, greget Tashwirul Afkar dan Nahdlatul Wathon yang semakin massif menarik perhatian tokoh-tokoh dari luar, Tak pelak lagi KH. Wahab Hasbullah menjadi figure yang di kenal oleh tokoh-tokoh tersebut. Salah satunya dengan H.O.S. Tjokroaminoto tokoh dari Syarikat Islam (SI). Kemudahannya dalam bergaul dan pemikirannya yang cerdas membawa KH. Wahab Hasbullah bertemu dengan tokoh-tokoh Nasionais – Modernis semacam DR. Soetomo, puncaknya pada tahun 1920 beliau bersama tokoh – tokoh pergerakan tersebut membentuk Islamic Study Club. Sebuah kelompok multi disipliner, suatu kekuatan kolektif lahir untuk satu tujuan yaitu menyatukan pejuang-pejuang nusantara untuk melawan kolonialisme-imperialisme di segala bidang. (Kang Min ) Posting 2 dari 3

Referensi :
  1. Saifullah Ma'shum (Editor) , "Karisma Ulama, Kehidupan Ringkas 26 Tokoh NU", Penerbit: Yayasan Saefuddin Zuhri dan Penerbit MIZAN
  2. Pengurus Wilayah LP Ma’arif NU Jawa Timur ; Buku Pendidikan Aswaja & Ke-NU-an untuk SMP/MTs.
  3. http://id.wikipedia.org/wiki/Wahab_Hasbullah
  4. www.republika.co.id/
  5. www.alkisah.blogspot.com