Menghindari Kerusakan

Tanah Afghanistan bergetar, gedung-gedung roboh,
anak-anak berlarian lintang pukang memcari perlindungan,
bersembunyi dalam dekapan ibunya.

Berita mengenai peperangan di Afghanistan setiap hari kita dapatkan, dari koran maupun televisi. Sehingga hampir-hampir kita dapat membayangkan kenyataan disana, hiruk pikuknya kamp-kamp pengungsian dan kalang kabutnya warga negara mencari tempat perlindungan. Saat malam tiba, mesin-mesin perang bergentayangan di angkasa Afghanistan, persis hantu-hantu malam dalam film Friday The 13 . Sejurus kemudian terdengar ledakan di sana-sini. Tanah Afghanistan bergetar, gedung-gedung roboh, anak-anak berlarian lintang pukang memcari perlindungan, bersembunyi dalam dekapan ibunya. Esok hari, tersiar kabar sekian ratus orang mati, sekian fasilitas publik hancur.

Jika kita tengok ke belakang, awalnya adalah hancurnya WTC dan Pentagon, lantas berkembang menjadi bahaya terorisme di dunia, menyusul munculnya nama Osama bin Laden yang disangka sebagai pelaku, kemudian terdengar kabar kalau Afghanistan menjadi tempat persembunyian, tak berlangsung lama dikobarkanlah perang. Dalam waktu yang sangat singkat, angkatan perang kedua pihak dipersiapkan, dalam benak masing-masing pasukan ditanamkan doktrin, yang satu dalam rangka menjaga kedaulatan, yang lain mengemban misi perdamaian. Ya.., demi kedaulatan dan perdamaian dijalankanlah mesin-mesin pembunuh masal, mungkinkah kedua harapan itu tercapai? Sementara dalam diri angkatan perang hanya terdapat satu pilihan dibunuh atau membunuh. Bila demikian, apakah kedaulatan dan perdamaian yang mereka gembar-gemborkan sebenarnya hanya kebohongan besar, untuk menghalalkan tindak kekerasan dan pengrusakan yang dilakukan? Bukankah saat ini mereka sedang berlomba membuat kerusakan? Mungkin inilah inti dari semuanya, kedua belah pihak sedang berlomba mempercepat kerusakan di dunia.

Salah satu firman Allah ‘’Azza wa jalla, menyebut demikian, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut akibat ulah tangan-tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat dari perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar” (QS.30:41). Dari itu hendaknya dapat menjadi bahan pertimbangan, bahwa saya, anda, mereka dan seluruh umat manusia yang lain memiliki peluang untuk berbuat kerusakan. Kiranya, semua kembali pada kita dalam menentukan pilihan, dengan sekuat tenaga mengurangi tindakan-tindakan yang menimbulkan kerusakan atau memilih terlibat dalam upaya perusakan dunia tersebut.

Akhirul kalam, dalam konteks itu perang tentu bukan jalan yang dipilih, sebab di dalam perang sebagaimana uraiannya di atas tak ada perbuatan yang tidak merusak, pun di dalamnya sarat dengan rasa kebencian, dendam dan hawa nafsu. Maka, bagi kita saat ini adalah berupaya sekuat tenaga untuk memperkecil ruang lingkup pengrusakan dunia itu, dengan tanpa menimbulkan kerusakan pada yang lain. ( kangminto )